Kemandirian anak

Tanpa disadari, seringkali orang tua memperlakukan anaknya seperti orang dewasa dengan alasan para orang tua sedang mengajarkan kemandirian anak. Dalam buku yang ditulis oleh Abah Ihsan Baihaqi yang berjudul 7 Kiat Orang Tua Shalih, abah menyebutnya sebagai orang dewasa mini.


Hari ini Zee bercerita bahwa dia ditegur oleh gurunya karena lupa mengerjakan PR (pekerjaan rumah). Aku lalu menanyakan, "Kok bisa, Kaka lupa. Apakah tidak dicatat dibuku silat?"

Lupa juga.

Aku mencoba menggali mengapa ke-alpa-annya ini bisa terjadi. Dari diskusi sepanjang perjalanan pulang dari sekolah ke rumah rupanya sang anak masih menganggap PR ini bukan sesuatu yang penting dibandingkan ujian harian atau ujian akhir. Dalam benak si anak juga ternyata ada pemahaman yang kurang tepat ketika dia mendengarkan nasehat kami bahwa" tak mengapa bila lupa, karena ini manusiawi." Rupanya ini diterapkan juga dalam  mengerjakan PR.


Usia anak menuju 10 tahun, kemandirian secara perlahan mulai saya ajarkan. Namun terkadang pembelajaran ini menjadi salah manakala orang tuanya pun memberikan perlakuan yang kurang tepat. Asumsi anak yang dianggap berlaku seperti orang dewasa atau malah sebaliknya, anak dianggap masih kecil. Termasuk dalam hal perlakuan orang tua kepada anak yang melakukan kesalahan. Bentakan, misalnya, apalagi bila ditambah dengan nasihat panjang yang membuat anak justru makin takut melangkah. Jangan-jangan cara inilah yang membuat kemandirian anak tidak berkembang dengan baik.


Melakukan kesalahan itu normal. Namun mengambil pelajaran dari kesalahan itu yang mungkin terlewatkan oleh orang tua dalam mendampingi anak mendapatkan hikmahnya.


Aku mencoba menyampaikan konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil anakku. Salah satu contohnya adalah terlambat ke sekolah. Ketika dia memintaku untuk ngebut dijalan sementara saya tetap mempertahankan kecepatan di 60km per jam , aku sampaikan bahwa kita tidak mungkin ngebut karena jalan didepan ini padat. Jadi melambung kendaraan didepan saja , sulit. Aku biasanya akan ngobrol lagi dengannya  ketika pulang sekolah. Aku tanyakan, sanksi apa yang diberikan sekolah bila terlambat. Apa yang harus dilakukan bila tidak ingin terlambat sekolah. Bagaimana supaya kejadian ini tidak terulang lagi. Apakah dia senang dengan sanksi keterlambatan ini. 


Mengajarkan konsekuensi dari setiap langkah yang diambil olehnya salah satu bentuk kami mengajarkan kemandirian anak.


0 comments:

Post a Comment