Aktivitas anak diruang publik

Pada tulisan saya tentang komunikasi anak, salah satu tantangan orang tua dalam menghadapi anak adalah sifat bosan yang dimiliki. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua harus pandai memilihkan aktivitas ketika mengajak anak berkegiatan bersama.

Pernah gak lihat seorang ibu mengajak anak balita atau kecilnya ke pengajian, tapi karena tidak disediakan aktivitas untuk usianya si anak, maka yang ada sianak menjadi rewel. Tidak hanya membuat ibunya stres, tapi rengekan itu menimbulkan ketidaknyamanan  bagi ibu pengajian lainnya.


Adalagi kejadian lain yang pernah saya liat dan cukup membekas dalam ingatan ketika sedang belanja bulanan di mall. Saat itu saya melihat seorang anak menangis kencang dimana sang ayah ibu tidak berada disekitarnya. Tak tahu  ntah apa penyebabnya, anak lelaki berbaju garis biru merah itu terduduk sambil menangis  dan  menunjuk setumpuk makanan di rak paling atas. Pandanganku mencoba mencari tau dimana orangtua anak ini. Tampak tidak jauh dari posisi anak ini  seorang wanita dan pria yang menggendong anak balita sedang diskusi sambil mata mereka mengawasi ke anak itu.

"Oh, tampaknya itu orangtua anak ini," pikirku.


Aku perhatikan sejenak ingin tahu berapa lama anak itu akan dibiarkan merengek seolah-olah ia sedang bernegosiasi dengan ibunya apakah dia bisa mendapatkan makanan di rak atas itu. Namun, tak selang beberapa menit pengamatanku dialihkan oleh panggilan Zee yang segera berpindah ke  rak bagian makanan frozen. Hari itu aku janji memberikan Zee mantau dan kentang frozen



Selesai juga seluruh items yang kami cari. Kami pun berjalan menuju kasir. Ketika melangkah kearah kasir A mata saya melihat anak yang didudukkan dalam keranjang dorong. "Ooh itu anak yang tadi menangis."

Tampak wajahnya terlihat kelelahan menangis, dan bajunya terlihat basah oleh keringat.

Mataku mencari bungkusan makanan yang ditunjuk tadi, apakah negosiasinya gagal? Wajahnya terlihat tak bahagia. Masih terlihat sisa-sisa tangisannya, walau tak ada lagi air mata yang keluar. Gerakan dadanya masih terlihat naik turun menandakan masih ada sedih yang dirasakan.


Pikiran saya melayang kemana-kemana melihat anak usia sekitar 4 atau 5 tahun ini. Mencoba mengingat kembali bagaimana kami dulu mengajak Zee diusia  itu ke Mall untuk belajar meminta sesuatu tanpa tangisan. Bagaimana kami harus memberi pengertian padanya ketika keinginannya tidak bisa kami penuhi saat itu juga.


Anak ini kembali mengingatkan saya pelajaran tentang bagaimana menentukan aktivitas mereka ketika diruang publik.


0 comments:

Post a Comment