Sudahkah kita berkomunikasi dengan anak

 Saat ini, di komunitas Teras Berdaya Indonesia (TBI) saya lagi mengajak tim untuk membahas tentang parenting untuk usia anak 0-12 tahun. Kok rentangnya begitu lebar ya? Alasannya cukup simple, karena anggota TBI ini anaknya direntang usia ini.


Saya sedang tertarik melihat emosi baik itu emosi anak maupun emosi orang tua (seperti saya).

Dalam buku Abah Ihsan Baihaqi berjudul 7 Kiat Orangtua Shalih dijelaskan bahwa orangtua memiliki siklus amarah sebagai berikut :

1. Berbicara lemah lembut

2. Meninggikan suara (membentak, berteriak).

3. Tangan bertindak

4. Siklus berulang.


Dalam buku ini tidak sedikit orangtua memperlakukan anaknya sejak bangun pagi hingga tidur lagi dengan  omelan dan marah. Mulai dari sulit bangun pagi, makan yang lambat, nonton tv atau bermain game berjam-jam, disuruh belajar malah mengantuk atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan harapan sang orangtua.


Dan bila dipikir lebih dalam, ini tak lepas dari kemampuan orangtua memutus siklus emosinya ketika amarah selain kesalahan dalam melakukan komunikasi pada anak.


Pada usia anak, pertumbuhan otaknya belum sempurnah. Komunikasi mereka pun belum terampil, apalagi tingkah lakunya. Orangtua harus menyadari hal ini, Keterbatasan kosakata atau menangkap kosakata dari kalimat orang dewasa ini. Untuk itu, orangtua sebagai orang dewasa yang harus memahami mereka. Apa kalian (orangtua) pernah mengalami tahap dimana anak mengungkapkan pendapatnya, tapi kalian sulit menangkap maksudnya karena keterbatasan mereka memilih kosakata?


Nah demikian juga sebaliknya.


Biasakan anak belajar mengungkapkan keinginannya walaupun dengan susah payah. Jangan dipotong kalimat yang ingin diungkapkan, bahkan jangan disimpulkan diawal bahwa ini yang mereka maksud. Andai kalau anak diberi alat interpreter bahasa mereka, mungkin mereka akan bilang," Duh Bunda... kok gak paham juga, dari tadi saya itu minta pisang, bukan susu."


Kemampuan orangtua dalam berkomunikasi kepada anak merupakan kunci dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan yang ingin dibangun pada anak. 


Otak anak ini terjalin secara bertahap. Menurut abah Ihsan, tahapannya menyebabkan.

1. Belum terampil berperlaku dan berkomunikasi.

2. Memahami konsep yang konkret sehingga belum memahami nilai baik dan nilai buruk.

3. Cepat bosan.


Bahkan saya pernah dengar kemampuan anak untuk konsentrasi mengikuti pola 1,5 x usia (dalam menit). Artinya jika anak usianya 2 tahun, maka dia dapat konsentrasi di sekitar  3 menit.


So parents, sudahkah kita benar-benar berkomunikasi dengan anak?


0 comments:

Post a Comment