A Good team player

Tantangan kedua dalam tulisan diblog ini adalah berita kedua

Tak banyak waktu yang bisa saya berikan untuk menyempurnakan tulisan ini, selain menjalankan tugas sebaik-baiknya yg diberikan oleh sang empunya tugas.

BEING A PROFESSIONAL MOTHER 

O.. eM.... Ge......

Professional....?

How to measure it?

Seseorang disebut profesional artinya ada sesuatu atau seseorang yang menyatakan dia menjalankan tugas keprofesionalannya dengan baik.
sumber : parentingcoaching.org

So… who's?

My husband and my little kid.

Yang pasti "who's" nya ini not my self.

Terbayang dong idealnya a professional mother. Mungkin sama seperti super mom ya ?
Kepo semua apa yang harus dikerjakan. Mulai dari urusan anak, suami, sampai urusan rumah tangga.

Suami saya bilang
pekerjaan paling berat dalam berumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga.
Saya sepakat itu.......

Bayangkan pekerjaan rumah tangga ini kita kerjakan rutin, berulang dari hari ke hari, dan semuanya free.... alias tidak digaji. Saya termasuk rumah tangga yang tidak memiliki asisten rumah tangga. Selain tidak mampu bayar gajinya, juga rumah kami memiliki akses yang sangat cepat. Artinya, begitu pintu depan dibuka, maka pintu belakang langsung terlihat .

But, i'm not a super lady...even as a super wife or super mom.

Saya mengetahui keterbatasan saya dalam beberapa hal pekerjaan rumah tangga.
Saya minim dalam memasak, tapi saya suka makan.
Saya minim dalam menjahit, tapi saya suka fashion.
Saya minim dalam berdandan .... nah ini suami senang banget .

Tapi saya pandai membuat perencanaan biaya budgeting. So, sebagai menteri keuangan , saya ahlinya. Apalagi pekerjaan suami adalah wirausaha. Saya menjadi sangat terasa keberadaannya alias exist apabila diminta membantu merancang rencana bisnisnya.

Walau demikian, saya tetap berusaha belajar memasak. Minimal menambah keahlian menu yang tadinya hanya bisa menguasai 2 resep saja menjadi 6 resep masakan. Itupun masih harus nyontek buku masakan warisan ibu saya he..he..he...

So, stress kah suami saya?

Alhamdulillah, tidak. Kekurangan saya dalam pekerjaan rumah tangga menjadi kelebihan dia.
Yupe, suami saya jago masak .....

Buat suami, saya sekarang bukanlah good partner lagi, tapi sekarang saya dituntut menjadi bagian dari good team player.

Sejak kehadiran Zee (3thn) dalam kehidupan kami, mau tidak mau , suka tidak suka, ada tambahan satu suara lagi yang menentukan disetiap keputusan yang kami buat.

Suami saya tidak mensyaratkan keahlian macam-macam dalam kedudukan saya sebagai istri maupun ibu. Buat dia, saya cukup mampu membagi tugas dengan bijak. Dan syaratnya hanya satu. Komunikasi harus berjalan dengan baik.

Hal ini justru sangat membantu saya, khususnya saya yang masih berstatus buruh kantor.

Indikatornya pun tidak dibuat rumit. Cukup rumah bersih, anak sehat dan ceria.
So, Alhasil tiap minggu, saya pasti ngepel rumah minimal 1 kali.

Sedangkan untuk si kecil Zee,  suami hanya meminta ketika saya hadir dirumah, maka gadget saya silentkan. Time to play with her. Hingga dia terlelap, baru saya menyentuh pekerjaan kantor bila masih ada yang harus dikerjakan.

Nah, justru karena tidak banyaknya persyaratan dari sang suami membuat saya gregetan, sebenarnya menjadi ibu dan istri itu seperti harus seperti apa ya?

Mungkin di grup IIP (Institut Ibu Profesional) ini saya akan menemukan kriteria ibu profersional seperti apa.

Ohya, satu lagi nih perjanjian tidak tertulis dalam keluarga kecilku. Wiken adalah family time.
Tidak bisa di interfensi secara mendadak. Jadi kalau ada yang akan menghilang diwaktu wiken minimal 2 minggu sebelumnya harus mendapat persetujuan dari anggota tim hehehe...

Jadi buat kami sekeluarga, setiap individu didalam rumah harus menjadi pemain tim yang baik. Terkadang harus siap menggantikan bila pemain lain terpaksa duduk dibangku cadangan.




0 comments:

Post a Comment