FEVER Gejala bentuk pertahanan tubuh melawan kuman, bakteri, virus dan sejenisnya ini menjadi momok buat saya bila hinggap ke tubuh Zee.
Padahal demam adalah mekanisme tubuh berusaha melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh. Mungkin karena kekhawatir saya menjaga virus itu tidak sampai keliang telinga Zee agar anak ini tidak merasakan sakit yang luar biasa di telinganya. Maklumlah, dia penderita OMSK atau Otitis Media Supuratif Kronik. Akibat penyakit ini, saya menjadi sedikit paham tentang anatomi telinga yang terhubung ke hidung dan tenggorokan.
Ada rasa bersalah dalam diri saya, sejak saya harus menerima kenyataan bahwa Zee menderita ini sejak usia 3 tahun. Ketidak-tahuan saya dalam menangani Zee masa balita terhadap batuk pilek yang dideritanya ternyata berdampak pada gendang telinganya yang tidak tertutup sempurnah membuat saya sangat waspada bila dia terserang batuk pilek apalagi demam.
Dirumah saya selalu tersedia obat penurun panas, jaga-jaga bila dia pulang sekolah mendadak badannya sumeng atau sedikit hangat. Maklum kadang sakitnya dipicu dari teman-teman sekolahnya yang pada sakit tetapi tetap masuk sekolah.
Kalau saya biasanya, bila Zee sudah menyentuh suhu 37.5 derajat celsius (dercel) aja, pasti saya rumahkan saja 1-2 hari. Memastikan dia segera recovery dan bisa beraktivitas kembali.
Bila ibu melihat anaknya sakit itu rasanya gimana gitu ya. Ingin menggantikan posisi sakitnya agar dia tetap nyaman. Tapi kalau ini terjadi, artinya sel-sel dalam tubuhnya tidak akan bisa menciptakan antibodi alami dong ya buat melawan virus dan teman-temannya.
Allah memang Maha Hebat menciptakan memori sel dalam tubuh manusia untuk menghasilkan antibodi. Jika dipikir-pikir, tubuh manusia ini luar biasa adaptasinya dengan lingkungan sekitarnya. Ini membuat saya tak henti-hentinya sujud syukur atas nikmat sehat yang dirasakan.
Pernah suatu hari Zee demam hingga nyaris menyentuh 40 dercel baru di hari kedua. Paniknya bukan main, karena demamnya gak turun hingga pagi. Biasanya kalau pagi ini suhu tubuh cenderung turun mendekati normal. Untungnya Zee tetap ceria dan beraktivitas seperti biasa. Tidak tampak seperti orang sakit walau jika dipegang tubuhnya seperti oven. Seharian itu saya intens observasi tubuhnya, apakah ada bercak, kulit kemerah-merahan hingga saat saya menyuapinya makan, barulah terlihat pipinya agak tembem. “Jangan-jangan ada giginya yang mo tumbuh,” gumanku dalam hati.
Dan setelah di cek, eh benar saja. Tampak warna putih seperti mencoba nongol dibalik gusinya. Alhamdulillah, semoga ini penyebab dia demam tinggi.
Akhirnya saya bertahan untuk observasi, dan benar saja. Keesokan harinya tiba-tiba demam zee turun mendekati suhu normal, dan setelah saya cek gusinya, warna putih sudah tampak lebih besar. Duh sepertinya proses melahirkan aja yaaaa… kepala giginya sudah nongol lebih banyak dibanding sebelumnya.
Ya, begitulah kisah saya dengan si Demam.
0 comments:
Post a Comment