Lembut pada anak itu wajib, tapi bukan lembek.
Ini senada dengan 'Tegas pada anak itu wajib, tapi bukan keras.'
Abah Ihsan menjelaskan ketegasan itu sebagai bentuk implementasi orang tua memiliki otoritas dalam mengendalikan anak agar mereka dapat menguasai perlaku anak. Seandainya anak mendapat pengaruh dari eksternal sehingga perilaku bergeser ke arah kiri atau kanan, maka orang tua masih mampu mengembalikan anak ke pendidikan yang sedang ditanamkan.
Abah Ihsan menyampaikan bahwa otoritas orang tua pada anaknya sebenarnya "given" sejak anak itu dilahirkan, namun karena jika orangtua itu tidak bersikap tegas, sering berbohong dan ingkar janji, bahkan inkonsisten pada anak, maka orang tersebut dapat kehilangan otoritasnya atau kepercayaan dari anak.
Namun, sebaliknya jika otoritas orangtua sudah diperoleh jangan sampai menjadi otoriter dan sewenang-wenang pada anak ya. Pendidikan disiplin anak tidak sama dengan otoriter pada anak.
Abah Ihsan mengingatkan bahwa disiplin tidak berarti anak dibuatkan jadwal aktivitas dari bangun tidur sampai tidur lagi, mengatur uang saku anak, memberikan punishment pada perbuatan akan tanpa melihat usia dan kempuan anak ? Sangat tipis ya displin dengan pengekangan.
Coba cek siapa nih yang suka mengucapkan kalimat ini pada anak.
"Ayo nak, bangun sekolah. Dari subuh dibangunin sampai jam segini belum bangun."
"Ayo, habis main kenapa masih berantakan? Beresin!"
"Kamu ini main hape terus, belajar sana !"
Kira-kira kita sedang menerapkan disiplin atau tidak ya?
0 comments:
Post a Comment