Koordinasi

 


Tahu garis koordinasi X-Y kah? Biasanya untuk menggambarkan sesuatu dalam 2 dimensi.
Kalau koordinasi X-Y-Z menggambarkan 3 dimensi, memiliki volume.

Lalu bagaimana bila koordinasinya X-Y-Z-A-B-C-D-E-F? wah… wah… wah… sumbunya banyak amat ya. Kira-kira berapa dimensi nih. 9 Dimensi seperti apa ya?
Tak usah dibayangkan say. Ya pasti ruwetttt… kusuttt… dan bisa jadi penuh drama dan emosi. Seperti itulah aku membayangkan koordinasi suatu kegiatan tanpa perencanaan.

Dengan perencanaan saja, kalau tidak ada detail dan simulasinya bisa ada saja yang meleset, apalagi tanpa perencanaan ya.

Kata koordinasi paling sering muncul bila ada sekelompok manusia yang bekerjasama mewujudkan suatu kegiatan tertentu. Bagi mereka yang bekerja di event organizer tentunya kata ini menjadi makanan sehari-hari. Kata itu sebenarnya bisa muncul dimana saja. Kegiatan organisasi, sekolah, pasar, bahkan dirumah.
Apa saja yang dikoordinasikan? Informasi.
Informasi ini bisa saja berbentuk data atau non data.

Contoh koordinasi yang sering saya lakukan dirumah adalah jemput anak sekolah.

Suatu hari , jadwal jemput sekolah Zee harusnya dilakukan oleh suami. Dan sesuai perjanjian saya dan suami, bila tidak jemput maka harus menyampaikan ke salah satunya paling lambat 1 jam sebelumnya. Dan rupanya suami saat itu tidak bisa menjemput Zee dan dia baru menyampaikan ke saya pas di jam Zee pulang sekolah , melalui voice note di aplikasi whatsapp. Berhubung saya telat baca, jadilah Zee harus lama hingga saya tiba. Itupun saya jemput karena di telpon sekolah bahwa tinggal Zee seorang diri disekolah.

Glek…

Kaget. Kemana pak suami ya?
Akhirnya pas cek whatsapp, ealaaaa…. Ada voice note yang tidak terdengar oleh saya.

Alhasil, ketika tiba di sekolah, sudah tampak dari jauh wajah Zee yang cemberut. Sepanjang jalan menuju rumah, tak ada satu katapun meluncur dari mulutnya, walau saya sudah mengajukan permohonan maaf dan mencoba mencairkan suasana.

Fiuh… inilah dampak kalau koordinasi tidak tepat sasaran.

Padahal kalau dirunut kebelakang, andai saja pak suami melihat saya tidak merespon pesannya lebih dari 5 menit, mungkin lebih baik dia telpon saja. Atau andai saya disela-sela kesibukan sempat nengok whatsapp memastikan anak sudah dijemput, mungkin Zee tak perlu menunggu selama itu. Tapi sudahlah… semua terjadi.

Kejadian diatas membuat saya dan suami mengubah mekanisme koordinasi di whatsapp yaitu mengutamakan video dulu baru texting hehehe…

0 comments:

Post a Comment