JENUH & JEDA

Tiap hari menghadapi laptop, layar hape melakukan desain, ada kalanya jenuh.

Bahkan saya pernah loh mengalami tahap dimana saya melakukan desain seperti kayak robot. Rasanya sudah ada templatenya. Kreativitas rasanya autoplay aja. Kalau sudah sampai tahap ini saya memilih JEDA.

Tapi ketika mengambil JEDA, jangan terhenti terlalu lama, karena akan memulai kembali biasanya jadi lambat. Jeda seperlunya saja. Berhenti sejenak ini perlu dilakukan diantara aktivitas rutin. 


Bagaimana kejenuhan hubungan dengan pasangan suami-istri?

Perlu juga loh diberi jeda. Tapi jeda disini bukan berarti tidak melayani kewajiban sebagaimana biasanya. Tapi jeda disini lakukan me time. Atau bisa saja mencoba nostalgia aktivitas kembali dengan pasangan. Yang dulu saat masih pe-de-ka-te sebulan sekali lihat movie di bioskop, eh setelah nikah sampai anak usia belasan tahun sudah gak pernah masuk bioskop bareng-bareng.


Nah 'jeda' dalam hubungan pasangan suami-istri ini bisa dilakukan seperti nostalgia tadi.

Alhamdulillah, saya sampai saat ini belum merasakan kejenuhan dengan pasangan walau usia pernikahan kami baru 14 tahun. Mungkin karena suami suka melucu dan menggoda sehingga kejenuhan itu tidak terasa. Apalagi bila kami berkumpul bertiga , saya  - suami - anak, rasanya ada saja yang membuat kami tertawa.


Kembali ke kejenuhan bagi pekerja seperti saya ini, perlu dibaca dengan baik oleh atasan atau perusahaan. Karyawan perlu dilakukan penyegaran dengan rotasi, mutasi agar pekerja tidak melakukan pekerjaan repetitif dalam waktu lama. Ini seperti melakukan hal yang monoton terus menerus. Bila pekerja yang sudah mulai terlihat jenuh tidak mampu mengatasinya, biasanya dapat mempengaruhi kesehatan metan yang mengarah pada stres dan kelelahan secara emosi dan fisik. Orang menyebutnya pada kondisi burn-out.

Pada kondisi seperti ini, biasanya seseorang tidak tahu harus melakukan apa lagi.

Otaknya seperti terkena blank spot.


0 comments:

Post a Comment